Sunday, January 19, 2020

Kusta Di Indonesia, Partnership

1. Pemerintah, Intersektoral

Meskipun obat yang membunuh kuman kusta telah tersedia, masalah tetap besar tidak hanya di bidang kesehatan tetapi juga sosial-ekonomi. Departemen Kesehatan sendiri tidak bisa menyelesaikan semua masalah ini. Pemerintah telah menyadari hal ini bahkan sebelum pengenalan MDT di Indonesia, dan telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 39, 1 November 1979 tentang pembentukan Pengendalian Kusta Nasional Lintas Sektor, tingkat provinsi dan kabupaten. Para anggota komite pada tingkat administrasi yang berbeda terdiri dari wakil-wakil dari: Departemen Dalam Negeri, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Informasi, Departemen Agama, Departemen Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja.  Peran sektor berbeda-beda. Secara berkala, anggota dan peran dari kerjasama antar sektor diperbarui. Ini kemudian disebutkan melalui surat keputusan seperti Keputusan Menteri Kesehatan No: 658 / MENKES / SK / XII / 1984, No: 260 / MENKES / SK / V / 1985 dan No: 420 / MENKES / SK / V / 1993.

2. WHO

WHO membantu Pemerintah seperti untuk perekrutan konsultan untuk membantu Eliminasi Kusta Nasional, melakukan penelitian dan pemberian obat-obatan MDT. Konsultan kusta yang  direkrut oleh WHO di Indonesia: Dr Michel Blanc (1956), ia dinyatakan sebagai pelopor untuk penemuan kasus dengan metode sistematis, Dr Walter (1964-1966), Dr B. Zuiderhoek (1974-1987) , Dr Viardo dari Filipina, Dr U Tien Mynt dari Myanmar, Dr Reddy dari India, Dr CR Revancar dari India. Konsultan Nasional: Dr Mogni, Jamaludin Idris, Junas Sali, Dr Hendro, Dr Teterissa, Dr MTT Sitanggang, Dr Anwar Lubis, Dr Yamin Hasibuan.

3. UNICEF 

Bantuan dari UNICEF (1951)  terutama diberikan untuk peralatan pekerja lapangan, kendaraan (sepeda motor dan sepeda untuk pekerja lapangan), beasiswa, dan obat-obatan kusta.

4. NLR (Netherlands Leprosy Relief)  

Bantuan NLR Belanda

Dulu namanya NSL telah aktif membantu di Indonesia sejak tahun 1969. Awalnya membantu fokus pada proyek-proyek kecil yang terbatas seperti di Rumah Sakit Dr. Soetomo di Surabaya atau di beberapa puskesmas di kabupaten endemis tinggi, misalnya di Maluku dan Papua. Bantuan terus meningkat  dan saat saya menjabat, NLR membantu program pengendalian kusta provinsi di lebih dari 20 provinsi dan di sekitar 4000 Puskesmas di Indonesia, yang berarti keterlibatan langsung dalam 80% dari masalah kusta di Indonesia. NLR juga mendukung Pusat Pelatihan Kusta Nasional Makassar (Sulawesi Selatan) dan di DKI Jakarta. Di Surabaya NLR bekerja sama dengan "Yayasan kusta Indonesia", sebuah organisasi non-pemerintah lokal yang aktif di bidang sosial-ekonomi untuk (mantan) penderita kusta dan keluarga mereka. Selain itu NLR bekerjasama dengan Perdoski, (Asosiasi Dermatologist Indonesia)



Bantuan  NLR diberikan baik teknis dan biaya. Dukungan teknis pada awalnya terutama disediakan melalui ahli ekspatriat (dokter, fisioterapis dll), dimana sekitar 30 orang telah diperbantukan kepada Pemerintah selama 40 tahun terakhir. Namun, secara bertahap penekanan bergeser ke pengembangan kapasitas staf lokal. Pada saat ini NLR telah merekrut 10 konsultan lokal. Mereka terutama terlibat dalam bimbingan teknis dari Program Pengendalian Kusta provinsi termasuk beberapa pekerjaan di bidang khusus perawatan dan rehabilitasi. Untuk lebih memudahkan management, pelayanan dan menyalurkan bantuan,  pada tahun 2000 NLR mendirikan kantor perwakilan di Jakarta.

5. The Leprosy Mission dari Inggris 

The Leprosy Mission dari Inggris The Leprosy Mission International (TLMI), memulai aktivitasnya membantu Pengendalian Kusta pada tahun 1969, dengan fokus pada kegiatan berbasis rumah sakit terutama pada Kusta Rumah Sakit Sitanala Tangerang, Jawa Barat. Awalnya bantuan berupa  pembangunan kapasitas dari staf Rumah Sakit. Kemudian bantuan ditingkatkan ikut membantu Program Pengendalian Kusta Nasional di berbagai provinsi terutama melalui pelatihan, penyediaan obat, fasilitas transportasi, beasiswa dan bimbingan teknis, juga menyediakan tenaga ahli asing. Kemudian kegiatan diperluas ke provinsi seperti Sumatera Utara (terutama pasokan obat), Timor Timur, Irian Jaya (di kedua provinsi membantu dalam pelaksanaan NLCP) dan Jawa Barat (pengawasan program MDT di tingkat provinsi dan kabupaten).

6. Sasakawa Memorial Health Foundation (SMHF)

SMHF mulai mambantu Pengendalian Kusta Nasional pada tahun 1974. Bantuan berupa obat-obat g MDT, Kendaraan, Fellowships, Lokakarya, Biaya Supervisi  (transportasi dan perdiem), Pelatihan dan Pencetakan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan. Bantuan berdasarkan Perjanjian khusus untuk sumbangan tertentu dalam jangka waktu tertentu.

7. Denmark Save the Children Organization (DSCO)

DSCO membantu Pengendalian Kusta Nasional dibidang pelatihan kusta dimulai dengan mendirikan Pusat Latihan Kusta Nasional (PLKN) di Makassar pada tahun 1975. Pusat pelatihan ini kemudian diambil alih kegiatannya oleh NLR pada tahun 1989, dilakukan renovasi gedung dan meningkatkan fasilitasnya.

8. Ciba Geigy Kusta Fund (CGLF)

CGLF mulai membantu Pengendalian Kusta Nasional 1988. mencakup kabupaten Kuningan Jawa Barat, Singkawang dan kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.
Jenis bantuan: Program MDT, bahan cetak, kendaraan dan membiayai produksi 2 film dokumen tentang kusta, yaitu berjudul "Ikan Sehat tetap sehat", dan "Bapakku Garang Bapakku Sayang". Saya (Dr Yamin Hasibuan) ikut membintangi film ini dan berperan sebagai Dr. Harun. Batuan CGLF diakhiri tahun 1992.

9. LSM nasional
  • Yayasan kusta Indonesia di Surabaya: Saat ini Yayasan masih aktif fokus pada Rehabilitasi Sosial Ekonomi dengan bekerja sama dengan NLR di Surabaya.
  •  Yayasan Bina Sehat di Tangerang (1987-1990) . Yayasan ini mencakup pengobatan MDT untuk kabupaten Tangerang dengan dukungan dana dari UNDP Indonesia.
KUSTA DI INDONESIA Daftar isi >>>