Monday, January 27, 2020

Perkampungan Kusta Pondok Damian Kediri

Yayasan "Santa Lousia"
Pusat Rehabilitasi, Bina Karya
Pondok Damian, Gurah, Kediri (2003)

Pondok Damian Gurah didirikan pada tahun 1994, sekitar 9 km dari Kediri. Milik gereja Katolik Kediri, “Yayasan Santa Lousia”. Pondok Damian bukan koloni kusta, tetapi merupakan Pusat Rehabilitasi, mempersipakan mantan kusta untuk mandiri di masyarakat. Kegiatan Pusat Rehabilitasi seperti: kegiatan pelatihan kejuruan seperti tukang kayu, pertanian, berkebun, unggas, peternakan ayam,  membuat bangunan.Memiliki lahan 3 hektar. Saat kunjungan (2003), ada 11 mantan kusta yang dilatih disini. Kriteria untuk peserta pelatihan: Berkelakuan baik, usia produktif, mempunyai motivasi untuk bekerja; setelah 2 tahun dilatih mereka harus pergi keluar untuk masyarakat (kemandirian).

Telah dilakukan wawanicara terhadap 2 mantan kusta tentang riwayat hidup mereka secara singkat. Di bawah ini adalah hasil wawanicara.

Mantan Kusta-1: 
Laki-laki umur 23 tahun

Saya lahir di Kaliwates Lamomgan pada tahun 1980. Ketika saya berusia 9 tahun orang tua saya mengatakan bahwa saya memiliki bercak-bercak seperti panu di pantat. Ibu saya mencoba untuk mengobatinya dengan obat tradisional, diolesi dengan jahe. tetapi tidak berhasil. Ibu saya kemudian membawa saya ke dukun, tetapi penyakit saya semakin aktif. Bercak menjadi lebih besar dan banyak. Suatu hari petugas Puskesmas melakukan pemerikasaan (survey) anak sekolah di sekolah saya. Saya didiagnosis kusta, mereka meminta saya untuk datang ke Puskesmas untuk pengobatan. Saya diberi obat DDS, tetapi saya tidak mengambil obat saya secara teratur. Saya tidak begitu peduli dengan bercak-bercak di kulit saya, karena tidak merasa sakit sama sekali. Orang tua saya dan orang di sekitar saya juga tidak peduli tentang penyakit saya. Ketika saya berumur 13 tahun penyakit saya menjadi lebih buruk, saya pergi ke Puskesmas untuk pengobatan. Dokter mengatakan kepada saya bahwa saya mengelami reaksi. Mereka memberi saya obat tapi setelah beberapa waktu jari-jari saya menjadi kaku (kiting) dan kaki saya lunglai (drop foot). Sesudah itu sakit saya stabil walaupun sudah ada cacat. Orang tua saya sangat terkejut melihat kondisi saya. Dokter menyarankan saya untuk pergi ke RSK Sumberglagah. Saya tidak diterima, maka saya pergi ke RSK Kediri. Di sini saya juga tidak diterima. Lalu saya kembali ke rumah saya kota Lamongan. Saya pergi ke kantor Sosial di Lamongan untuk minta bantuan. Kantor sosial kemudian mengirim saya ke Semarang untuk operasi jari kiting saya. Saya diterima di RSK Tugurejo pada tahun 1998. Kantor Sosial membayar biaya operasi sekitar Rp 200.000. Di RSK  Tugurejo saya bertemu seseorang, dia bercerita tentang Damian Gurah Kediri. Dia menyarankan saya untuk pergi ke Damian.  Saya diterima di sini, dan saya sudah di sini 2 thun sampai sekarang. Saya dilatih di bidang elektronik dan komputer. Menurut peraturan saya harus keluar setelah 2 tahun. Pondok Damian meminta saya untuk tinggal selama beberapa waktu karena mereka membutuhkan saya sebagai pelatih. Saya sekarang mengumpulkan uang; rencana saya adalah untuk membangun bengkel elektronik milik sendiri.

Mantan kusta-2: 
Laki-laki umur 27 tahun

Saya lahir di Bangkalan Madura pada tahun 1976. Ketika saya berusia 7 tahun, saya melihat banyak bercak putih seperti panu muncul di tangan kanan saya dan di badan, tidak gatal, tetapi ada mati rasa. Orang tua saya membawa saya ke Puskesmas, dan saya didiagnosis kusta. Dokter menjelaskan apa itu kusta dan saya harus mengikuti pengobatan secara teratur. Saya diberi DDS. Orang tua saya tidak takut, dan saya pun tidak terganggu dengan penyakit saya. Kami berpikir bahwa penyakit ini dapat menghilang setelah beberapa waktu. Saya tidak mengambil DDS saya secara teratur. Dua tahun kemudian bercak-bercak kulit saya menjadi aktif, saya jatuh sakit. Saya sangat sedih karena jari tangan saya menjadi bengkok (kiting). Saya ke dokter, kemudian saya dikirim ke spesialis kulit. dokter kulit memberi saya DDS, prednison dan CTM. Pada tahun 1993 saya dikirim ke dokter lain untuk pengobatan MDT. penyakit saya kemudian  stabil, tapi jari-jari saya yang cacat. Orang tua saya membawa saya ke RSK Kediri untuk perawatan. Saya diterima tanpa syarat apapun. Di sini saya tidak dioperasi  untuk koreksi jari-jari saya. Teman saya menyarankan saya untuk pergi ke Damian Gurah untuk pelatihan kejuruan. Saya diterima di Damien Gurah, di sini saya belajar tentang menjahit, berkebun, dan peternakan ayam. Pada tahun 1999, family saya datang dari Bangkalan menemui saya. Mereka mengatakan kepada saya bahwa beberapa orang dari Bangkalan dengan penyakit yang sama pergi ke Tugurejo Semarang untuk operasi. Kerluarga saya mengumpulkan uang untuk saya pergi ke Semarang. Saya kemudian pergi ke Tugurejo, mengikuti saran mereka. Saya diterima di RSK Tugurejo. Saya harus membayar Rp 2.500 per hari dan Rp 100.000 untuk operasi. Jari-jari saya telah diperbaiki dengan hasil yang baik. Saya sangat senang, saya tinggal di RSK Tigurejo selama 8 bulan. Kemudian saya kembali ke Damien Gurah. Saya memeruskan peternakan ayam, dan pertanian. Dua bulan yang lalau ketika saya menyebrang jalan, saya ditabrak sepeda motor. Kaki kiri saya retak dan saya dirawat di RSU Pare selama 2 minggu. Biaya rawat inap dibayar oleh orang yang menabrak saya. Saya melihat bahwa orang-orang di RSU tidak takut dengan saya yang cacat. Tida ada stigma rasa takut kusta. Saya mulai belajar untuk tukang kayu. Mimpi saya adalah memiliki bengkel sendiri.
KUSTA DI INDONESIA Daftar isi >>>