RSK Sitanala 2003
Logo RS Sitanala, ciptaan Dr. Ign Haryanto
Sejarah Singkat RS Sitanala Tangerang
RS Kusta Sitanala adalah rumah sakit khusus yang melayani orang yang kena kusta. RS ini merupakan pindahan dari RSK “Lenteng Agung”, terletak di bagian selatan kira-kira 12 KM dari ibukota Jakarta. Dipimpin oleh Dr Vander Heide (berkebangsaan Belanda) bersama-sama dengan penderita kusta, mereka pindah ke Tangerang. RS terletak di Desa Karangsari, Batucaper dalam kota administratif Tangerang, kira-kira 26 KM dari Jakarta. Rumah Sakit berada di lahan sekitar 54 HA (hektar). RS berfungsi secara nyata pada tahun 1951 disebut dengan nama pertama “Rumah Sakit Sewan”, karena terletak di Desa Sewan, Kecamatan Batuceper.
Ibu Rahmi Hatta, istri wakil presiden pertama RI, meletakkan batu pertama pembangunan gedung RS. Pada tahun 1962, Prof. DR. Satrio, Menteri Kesehatan pada waktu itu, mengubah nama “Rumah Sakit Sewan” menjadi “Pusat Rehabilitasi Sitanala”. Diberi nama Sitanala sebagi penghargaan kepada Dr.JB Sitanala asal Maluku atas jasanya sebagai dokter Indonesia pertama yang terlibat langsung dengan pembernatasan kusta di Indonesia.
Pada tahun 1972, dengan Keputusan Menteri RI kesehatan No.140 / Men.Kes / SK / 10/1978, yang kemudian dikenal sebagai “Rumah Sakit Kusta Sitanala”, sebagai unit teknis langsung di bawah Direktur Jenderal Pelayanan Medik.
Dalam pengembangan rumah sakit itu tercatat bahwa pada tahun 1985 jumlah total staf 382.Ada 13 dokter, satu dokter kulit, satu dokter bedah kusta dan 2 ahli fisioterapi. Suatu kenyataan, banyak penderita kusta dengan masalah sosial. Setelah sembuh mereka tidak diterima oleh keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit ini mengalami stagnasi dengan pasien mantan kusta dengan masalah sosial. Untuk mengatasi masalah, RS mengembangkan perkampungan kusta yang di sekitar RS dikenal dengan nama “Desa Serba Guna”. Tujuan dari pembentukan perkampungan kusta adalah untuk digunakan sebagai tempat transit bagi program re-sosialisasi. Setelah beberapa tahun Desa penduduk Serba Guna menjadi padat dan menciptakan masalah sosial baru. Oleh karena itu fungsi rumah sakit harus disertakan dalam rehabilitasi sosial dan pemasyarakan.
Ada dua permukiman yang didirikan oleh rumah sakit yaitu Margo Mulyo I (provinsi Sumatera Selatan), Margo Mulyo II (provinsi Banten).
Rumah sakit ini berfungsi sebagai Rumah Sakit Rujukan Regional untuk bagian Tengah Indonesia yaitu: Seluruh provinsi di pulau Jawa, Bali, NBT, NTT dan Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan prov. Kalimantan Selatan.
Di bawah ini adalah nama-nama direktur sejak didirikan sampai tahun 2001. Untuk nama-nama direktur sampai sekarang penulis tidak mengikutinya….jadi silahkan pembaca tambah sendiri.
1. Dr Vander Heide: 1953-1958
2. Dr Oen Bik Thio: 1958-1959
3. Dr H. Kamal Mahmud: 1959-1965
4. Dr M. Adhyatma: 1965-1971
5. Dr Aloysius Dharmawan: 1971-1975
6. Dr Berbudi: 1975-1983
7. Dr Ignatius Haryanto S: 1983-1989
8. Dr MR Teterissa: 1989-1995
9. Dr Sudarmadji: 1995-2001
10 Dr Johan Thamrin Saleh: 2001 - ...
KUSTA DI INDONESIA Daftar isi >>>