Sunday, January 26, 2020

Perkampungan Kusta - Margo Mulya-2

Alamat: Margomulyo-2, Leuwidamar dari Kabupaten Lebak, prov Banten

Penulis dibonceng sepeda motor (naik ojek) menuju 
Margo Mulya-2 (2003)

Foto bersama di depan Masjid Margo Mulaya-2

Inventarisasi pada tahun 2003.

Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Departemen Sosial, mendirikan dua permukiman kembali untuk pasien mantan kusta dari Rumah Sakit Sitanala, 1987 yaitu Margomulyo-1 di desa provinsi Sumatera Selatan dan Margomulyo-2 di Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Pemukiman Margo Mulyo-2

Pemukiman ini terletak sekitar 25 km dari Rangkasbitung ibukota kabupaten Lebak dan sekitar 65 km dari Serang (ibukota provinsi Banten). Departemen sosial mendirikan 50 rumah dengan 34 hektar lahan, DepKesehatan (RS Sitanala) mengisinya dengan mengirim 126 orang terpilih dalam 42 pasangan keluarga dari Desa Serba Guna,  24 orang dalam 8 pasangan kelurga dar Babupaten Lebak. Total semua penghuni Margo Mulya-2 adalah 150 orang. Departemen sosial juga memberikan subsidi untuk hidup mereka dari tahun 1987 sampai 1991.

Suatu kenyataan, tahun demi tahun, penduduk semakin berkurang. Kebanyakan dari mereka tidak senang tinggal di sini; masyarakat sekitarnya tidak menyambut mereka. Menurut pak Karyono yang masih tinggal di pemukiman saat kunjungan, beberapa alasan mengapa mereka meninggalkan pemukiman karena mereka tidak bisa mengolah tanah karena sulit air untuk pertanian, dan sulit untuk mendaptkan pekerjaan di masyarakat sekitar pemukiman. Kenyataanya mereka tidak berhubungan baik dengan masyarakat sekitarnya. Selain itu, mantan pasien kusta mudah kembali ke Sitanala di mana mereka dapat ncari uang dan tinggal secara ilegal dengan kerabat lama mereka di kompleks. Pada saat yang sama tidak ada pengawasan yang ketat dari Pemerintah karena itu mereka dapat menjual properti mereka sendiri termasuk tanah kepada orang-orang normal lainnya.
Masalah Margomulyo-2 (info pada waktu kunjungan) berada dan tanggungjawab Departemen Sosial Kabupaten Lebak. Sejak tahun 1991 belum ada sumbangan Pemerintah. Dari total semula 50 rumah, hanya tinggal 6 rumah. Masih tercatat 9 orang mantan kusta dalam penghuni Margo Mulya-2, tetapi hanya pak Karyono yang tinggal menetap dan ia terpilh sebagai kepala RT. Para mantan kusta lainnya tidak tinggal menetap, tetapi kadang-kadang mereka datang untuk melihat barang-barang mereka.
Situasi pemukiman telah berubah menjadi masyarakat normal. Saat ini ada 88 rumah dan 250 orang yang mendiami pemukiman. Proporsi mantan kusta total penduduk adalah 15%. Tidak jelas tentang sertifikat properti, karena pemerintah tampaknya tidak tertarik untuk mengontrol mereka. Sewaktu pemukinan dulu, jalan bagus dan bisa dilalui mobil. Keadaan waktu kunjungan, jalan sudah rusak, hanya bisa dilalui sepeda motor.

Waktu kunjungan dilakukan wawanicara dengan 2 orang mantan kusta (OYPMK). Di bawah ini adalah hasil wawanicara.

OYPMK-1
Wanita, 52 tahun

Saya lahir di Desa Bojong di Kabupaten Bekasi pada tahun 1950. Ketika saya berusia 16 tahun, saya menikah dan memiliki 2 anak. Pada waktu melahirkan anak pertama, saya sehat-sehat saja. Tetapi setelah melahirkan anak ke 2, umur saya sekitar 20 tahun, ada timbul bercak-bercak di lengan saya. Bercak merah tebal juga ada di muka. Tetangga saya menyarankan saya untuk pergi ke sebuah klinik kusta di Jakarta. Saya didiagnosis kusta dan diberi pengobatan DDS. Kondisi saya menjadi lebih buruk, timbul benjolan-benjolan kecil, merah, banyak di badan saya, sakit kalau ditekan. Dokter klinik kemudian mengirim saya ke RS Sitanala, saya diterima tanpa membayar. Saya dirawat di RS  dari tahun 1971 ke 1973. Segera setelah masuk saya ke rumah sakit suami saya menceraikan saya. Dia dan 2 anak-anak saya tidak pernah datang untuk mengunjungi saya. Setelah 3 tahun di RS saya dinyatakan sembuh dan dipindahkan ke pemukiman kusta di kompleks rumah sakit, Desa Serba Guna. Saya menikah lagi dengan seoran laki-laki yang juga mantan penderita kusta, kami punya anak 1 orang. Kami terpilih untuk bergabung dengan program RS pemukiman kembali dan dikirim ke Margo Mulya-2 ini. Sampai saat ini kita hidup di pemukiman dan mengolah tanah yang diberikan kepada kita oleh pemerintah. Kehidupan kami tidak lebih baik dari sewaktu kami di Desa Serba Guna, RS Sitanala Tangerang. Tapi karena kami semakin tua tidak akan pndah dari sini lagi. Hampir semua penderita kusta telah meninggalkan tempat ini. Ada bebrapa orang penduduk baru (normal) yang masuk perkampungan, kami memiliki hubungan yang baik dengan mereka. Kami hanya berharap bahwa Pemerintah akan mengeluarkan sertifikat kepemilikan tanah kami.

OYPMK-2
Pria, 57 tahun. 

Saya lahir di Karawang di Jawa Barat pada tahun 1945. Ketika saya berusia 12 tahun banyak bercak seperti panu muncul di lengan dan tubuh saya.Orang tua saya membawa saya ke Jakarta untuk konsultasi. Saya didiagnosis kena kusta dan diberi obat DDS. Setelah satu tahun minum DDS pengobatan rawat jalan,  kondisi saya semakin parah karena reaksi. Saya kemudian dikirim ke Sitanala untuk rawat inap. Saya tinggal di sana dari tahun 1956 sampai 1974. Selama saya dirawat di Sitanala, saya diizinkan pergi sekolah sampai saya lulus SD. Tapi aku sangat sedih karena orang tua saya tidak pernah datang untuk mengunjungi saya sampai saya dewasa. Pada tahun 1974 saya dipindahkan ke pemukiman kusta dari rumah sakit Sitanala. Di sana saya menikah dengan seorang janda yang juga terkena kusta. Kami memiliki satu anak bersama-sama. Kami bergabung dengan program pemukiman kembali oleh RS dan saya terpilih sebagai kepala pemukiman Margomulyo-2. Saya tidak akan pindh dari sini lagi, karena saya berjanji untuk tinggal di sini sampai mati. Saya berharap untuk mendapatkan perhatian dari Pemerintah mengenai kepemilikan rumah dan tanah.

KUSTA DI INDONESIA Daftar isi >>>