Saturday, January 25, 2020

Margo Mulyo-1, Sumsel

Inventarisasi dilakukan pada tahun 2003.

Pemukiman didirikan pada tahun 1987, pada 250 hektar lahan dengan tujuan untuk memasyarakatkan kembali melaui pemukinan mantan kusta dari perkampungan Kusta Sitanala (Desa Serba Guna). Pemukiman baru diberi nama Mago Mulyo -1, terletak sekitar 10 km dari Rumah Sakit Kusta Sungai Kundur. Ada 100 pasangan mantan penderita kusta terseleksi dari Desa Serba Guna, dikirim oleh RS Sitanala dalam program pemukiman kembali ini.

Fakta yang ditemukan.

Sayangnya, program pemukiman kembali ini tidak berhasil. Setelah satu tahun semua penduduk pemukiman telah meninggalkan pemukiman. Beberapa dari mereka kembali ke Desa Serba Guna Tangerang, beberapa pindah ke tempat lain seperti ke Kecamatan Padamaran Kabupaten OKI. Alasan utama pindah adalah bahwa pemukiman sulit air, tanah itu tidak baik untuk sawah dan perkebunan.

Dari pengamatan, waktu kunjungan,  tidak ada papan nama menunjukkan pemukiman, tidak ada rumah yang bisa ditemukan, hanya merupakan semak belukar.
Untungnya masih bisa bertemu salah seorang mantan kusta yang kini hidup dalam masyarakat normal sekitar 6 km dari bekas pemukiman.

Lahan bekas pemukiman kembali, Margo Mulyo-1
dikunjumgi tahun 2003

Berikut ini adalah riwayat hidup yang di wawanicarai.
Saya dilahirkan pada tahun 1947 di Pakan Baru Riau. Ketika saya berumur 36 tahun, saya  melihat ada kelainan kulit seperti panu di muka dan tangan kiri yang tidak merasa dan tidak gatal. Saya pergi ke RSU Pakan Baru untuk konsultasi. Dokter mengatakan kepada saya bahwa saya sakit kusta dan menyarankan saya untuk pergi ke RS Kusta Sitanala Tangerang untuk perawatan lebih lanjut. Saya pergi ke Sitanala pada tahun tahun 1984. Suatu hari saya mengalami reaksi kusta. Penyakit saya menjadi lebih buruk, dan jari-jari menjadi kiting. Setelah rawat inap 1 tahun penyakit saya dinyatakan sembuh dan saya dipindahkan ke Perkampungan Kusta (Desa Serba Guna) sekitar Rumah Sakit Kusta Sitanala.

Pada tahun 1985 saya meninggalkan Sitanala dan saya pergi ke Perkampungan Kusta di sekitar Rumah Sakit Kusta Sungai Kundur. Saya diterima di sini tanpa persyaratan  apapun. Pada tahun 1987, ada program pemukiman kembali mantan kusta dari Desa Serba Gunan oleh RS Sitanala. Para mantan dari Desa Serba Guna Sitanala dipindahkan ke Pemukinan Margo Mulyo-1 di Sumatera Selatan dan Margo Mulyo II di Banten. Para mantan kusta yang berdomisili di Sungai Kundur juga disertakan dalam program ini. Saya sendiri tinggal bersama keluarga saya di Perkampungan Kusta Sungai Kundur.

Sebelum saya sakit kusta saya telah menikah di Riau dan memiliki 3 anak yang sehat. Ketika saya mendengar program pemukiman kembali, saya mengajukan permohonan untuk ikut dimasukkan. Permohonan saya diterima, maka pada tahun 1987 saya dengan keluarga saya bergabung pemukiman kembali di Margo Mulyo I. Kami punya satu rumah dan lahan untuk digarap.
Suatu kenyataan bahwa tanah kurang subur, sulit air, tidak bisa persawahan padi atau perkebunan. Setelah satu tahun, kita tidak bisa mandiri dengan situasi ini. Kami memutuskan untuk pindah ke tempat lain di sini. Sekarang kita hidup lebih baik di sini, kita sudah mempunyai perkebunan kelapa di lahan di 8,5 hektar. Saat ini saya juga memiliki bisnis pribadi. Kami sudah mandiri, kita tidak ingin pergi ke tempat lain lagi.

Proyek besar

Pemukiman kembali orang yang pernah mengalami kusta dari Desa Serba Guna perkampungan kusta RS Sitanala adalah proyek besar. RS Sitanala melakukan 2 kali pemukiman kembali.
1. Margo Mulyo-1 di Sumatera Selatan
2. Margo Mulyo-2 di Prov. Banten (akan diceritakan kemudian).
Proyek ini melibatkan 3 Kementerian (Kem Kesehatan, Kem Sosial, Kemen Dalam Negri)
Waktu pemberangkatannnya dari RSK Sitanala, Menkes Dr. M. Adyathma berkenan melepas secara resmi.

Dalam inventarisasi Margo Mulyo-1 tsb diatas, direktur RS Sungai Kundur dan konsultan NLR (Netherlands Leprosy Relief) ikut dalam rombongan. Foto di bawah ini adalah rombongan dari RS Sungai Kundur yang ikut melacak penghuni yang telah meninggalkan pemukiman Margo Mulya-1. Foto diambil di rumah ex-penghuni Margo Mulyo-1.

Kalau dikatakan proyek ini gagal, tidaklah sepenuhnya benar. Salah satu hasilnya ialah cerita mantan kusta di atas yang telah kembali ke masyarakat. Hasil yang tidak dapat diukur besarnya ialah gaung dari proyek ini, yang telah menyadarkan masyarakat untuk menghilangkan rasa takut kusta (leprofobia) dan diskriminasi.

Duduk di tengah (pakai sarung) adalah yang menuturkan riwayat hidupnya di atas.
Nomer 2 dari kiri, Dr Corry (konsultan NLR), 
nomer dua dari kanan Dr. Fauziah Kurdi (Dierktur RS Sungai Kundur, 2003)

Catatan dari penulis
Dr. Ign Hariyanto (Drektur RS Sitanala) dan saya sendiri Dr. Yamin Hasibuan (Wadir), ikut mengantar rombongan dan menginap di Margo Mulya-1 (1987)

KUSTA DI INDONESIA Daftar isi >>>