Informasi umum (2003)
Pemukiman ini berada di bawah Kota Makassar. Didirikan pada tahun 1955 di 10 hektar lahan untuk penderita kusta dari RSK Jongaya, Makassar Kota. Pada saat kunjungan total 399 orang tinggal di permukiman Km-10, adalah 150 orang yg pernah mengalami kusta (OYPMK). Beberapa dari mereka sudah menikah dengan OYPMK dan non- OYPMK, dan ada yang sudah janda. Ada 5 pasien yang masih dalam pengobatan MDT, di antaranya tiga adalah pendatang baru di pemukiman, sementara dua adalah anak-anak penderita kusta. Mereka semua mengambil obat MDT di RSK Daya Makassar.
Menurut pengamatan kami, pemukiman benar-benar terintegrasi ke dalam masyarakat sekitarnya. Tidak ada batas yang jelas antara pemukiman kusta dan sekitarnya. Tidak ada papan nama yang menunjukkan keberadaan pemukiman kusta.
Secara umum, orang yang terkena kusta yang tinggal di pemukiman sudah mandiri. Pemerintah menyerahkan tanah dan rumah mereka dengan sertifikat resmi. Wali kota Makassar masih menyediakan mereka dengan sumbangan Rp 10.000 per OYPMK per bulan.
Layanan medis
Tidak ada klinik khusus untuk kusta di pemukiman. Pemerintah menyediakan Pos Kesehatan (Posyandu), yang diawasi oleh Puskesmas terdekat dengan pemukiman. Paisen yang perlu rujukan dikirim ke RSK Daya.
Riwat singkat 2 OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta) yang diwawanicarai.OYPMK-1
Pria berusia 51 tahun
Saya lahir di Makassar pada tahun 1952. Ketika saya berusia 11 tahun saya jatuh sakit. Saya punya banyak bercak merah-merah pada kulit saya, terutama lengan saya. Orang tua saya membawa saya ke klinik kulit di Makassar, dan di sana saya didiagnosis kusta. Dokter memberi saya DDS untuk pengobatan. Saya terus pergi ke sekolah sampai saya menyelesaikan sekolah SMA, meskipun saya pernah mengalami reaksi beberapa kali. Saya ingat bahwa reaksi mudah disembuhkan dengan suntikan. Ketika saya masih umur 29, saya menikah dengan seorang wanita yang tidak pernah mengalami kusta. Kami memiliki satu anak laki-laki.
Setelah saya mengalami reaksi yang parah, jari-jari tangan saya kaku dan bengkok (kiting). Karena itu saya mulai merasa rendah diri dan memutuskan untuk meninggalkan istri dan anak. Saya bekerja sebagai pemulung. Saya merasa kehidupan saya penuh dengan masalah, akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dengan penderita kusta di RSK Jongaya. Saya dirawat di rumah sakit pada tahun 1983. Saya merasa senang tinggal di rumah sakit dan tidak pernah menghubungi istri dan anak untuk melindungi mereka dari rasa malu dari anggota kusta keluarga.
Saya menikah lagi dengan wanita OYPKM tahun 1985. Saya jatuh cinta padanya ketika kami berdua tinggal di RSK Jongaya. Setelah menikah kami tinggal diperkampungan kusta Jongaya. Pada tahun 1992, kami dipindahkan oleh pemerintah ke sini, perkampungan kusta KM-10. Sekarang kami bahagia hidup di sini dengan 4 anak-anak. Mereka pergi ke sekolah umum di dekat pemukiman.
Pemerintah memberikan bantuan sebesar Rp 20.000 per bulan perorang. Tanah dan rumah di mana kami tinggal telah diserahkan kepada kami dengan sertikat kepemilikan. Tidak ada peraturan khusus untuk tinggal di pemukiman. Kami senang tinggal di pemukiman ini.
OYPMK-2
Wanita berusia 20 tahun
Saya lahir di Gowa pada tahun 1982. Ketika saya berusia 15 tahun, saya memperhatikan bahwa banyak bercak putih muncul di tangan saya dan tubuh. Orang tua saya mengatakan kepada saya untuk pergi ke Pskesmas Gowa untuk bantuan. Dokter di Puskesmas mendiagnosis saya kusta dan memberi pengobatan dengan MDT (Rifampicin, Lamprene dan DDS). Orang tua saya dan saya terkejut karena mendapat hukuman yang tak terduga ini. Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit kusta. Ketika teman-teman saya dan guru tahu bahwa saya memiliki penyakit kusta, mereka mulai menghindari saya. Aku merasa malu dan putus sekolah. Selama pengobatan saya dengan MDT, saya pernah mengalami reaksi kusta yang parah. Orang tua saya mengirim saya ke RSK Daya, di mana saya diterima tanpa syarat apapun dan bebas biaya.
KUSTA DI INDONESIA Daftar isi >>>